Senin, 02 November 2009

HAKEKAT PENDIDIKAN DAN PENDIDIKAN ISLAM

A. Muqaddimah
Manusia secara alamiah dan gradual tumbuh dan berkembang sejak dalam kandungan sampai wafat, mengalami proses pertumbuhan tahap demi tahap. Demikian pula proses kejadian alam semesta ini, diciptakan Tuhan melalui proses setingkat demi setingkat. Alam sebagai makrokosmos dan manusia sebagai mikrokosmos dilingkupi semesta hukum kausal yang bersifat tetap (tsawabit) dan aksiomatik yang disebut dengan “sunnatullah”.
Sejak al-Qur’an pertama kali diturunkan sudah menyerukan pesan universal untuk membaca (iqra). Karena itu esensi yang sesungguhnya dari pendidikan adalah upaya mengajak dan membimbing seseorang (peserta didik) untuk memulai mengaktifkan instrumen panca inderanya (khawas al-khamsah), rasionalitasnya, dan daya intuitifnya (qalb) untuk “membaca” seluruh fenomena keberadaan yang ditebarkan oleh Tuhan pada alam semesta (afaq) dan fenomena ketuhanan yang tersembunyi pada relung hati dan kedirian (anfus) manusia. Seruan al-Qur’an ini menjadi wahana pembebasan manusia dari penjara epistemologis yang sedang memasung kesadaran berfikir manusia ketika itu yang sedang terjebak dalam penyembahan berhala (idolatry), baik berhala dalam arti fisik maupun berhala dalam arti pemikiran yang membuat nilai-nilai tauhid yang sudah diajarkan oleh para Nabi terdahulu menjadi kabur oleh kesesatan berfikir (fallacies). Seruan al-Qur’an itu juga membebaskan manusia dari belenggu feodalisme intelektual, dimana ketika itu kemampuan membaca, mencerap, dan mencecap ilmu pengetahuan hanya milik segelintir kaum elit (ruler class) atau agamawan dan birokrasi penguasa.
Oleh karena itu salah satu tugas pendidikan adalah membangkitkan kesadaran manusia secara keseluruhan pada kesadaran diri bahwa pada hakekatnya manusia adalah mikrokosmos dari semesta keperadaan (makrokosmos) yang pada puncaknya akan mengajak pada kesadaran ilahiah (keimanan) yang bersesuaian pada diktum idiologis yang terkandung pada ayat al-Qur’an yang pertama kali turun (Iqra Bismirabbikalladzi Khalaq).



Konsep Dasar Pendidikan
Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan hal berkenaan dengan istilah Pendidikan dari segi bahasa berasal dari kata dasar didik, dan diberi awalan men, menjadi mendidik, yaitu kata kerja yang artinya memelihara dan memberi latihan (ajaran). Pendidikan sebagai kata benda berarti proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.
Dari sini dapat diketahui bahwa pendidikan adalah upaya pendewasaan melalui pengajaran dan latihan. Pengertian ini memberi kesan bahwa kata pendidikan lebih mengacu pada pengajaran dan latihan semata. Lain halnya Rechey dalam bukunya Planning for Teaching, an Introduction, menyatakan bahwa pendidikan adalah berkenaan dengan fungsi yang luas dari pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat, terutama membawa warga masyarakat yang baru (generasi muda) bagi penunaian kewajiban dan tanggung jawabnya di dalam masyarakat. Jadi, pendidikan adalah suatu proses yang lebih luas dari pada proses yang berlangsung di dalam sekolah saja. Pendidikan adalah aktivitas sosial essensial yang memungkinkan fungsi pendidikan mengalami proses spesialisasi dan melembaga dalam masyarakat yang kompleks, modern, walaupun tetap berhubungan dengan proses pendidikan informal di luar sekolah.
Istilah education dalam bahasa Inggris yang berasal dari bahasa Latin educere yang berarti memasukkan sesuatu, barangkali bermaksud memasukkan ilmu ke kepala seseorang. Istilah education dapat juga bermakna dari kumpulan semua proses yang memungkinkan seseorang untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan, sikap-sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku yang bernilai positif di dalam masyarakat tempat dia hidup. Selain itu dapat juga bermakna sebuah proses sosial tatkala seseorang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya pada lingkungan sosial), sehingga mereka dapat memperoleh kemampuan sosial dan perkembangan individual secara optimal. Jika pengertian secara semantik (kebahasaan) dari kata pendidikan (education) diperhatikan secara seksama, nampak bahwa kata-kata tersebut lebih menunjukkan pada suatu kegiatan atau proses yang berhubungan dengan pembinaan yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain. Pengertian tersebut menunjukkan adanya program, sistem, dan metode yang lazimnya digunakan dalam melakukan pendidikan dan pengajaran.
C. Pengertian Pendidikan Secara Umum
Secara terminologis, para ahli pendidikan mendefinisikan kata pendidikan dari berbagai tinjauan. Ada yang melihat dari kepentingan dan fungsi yang diembannya, dari proses ataupun dilihat dari aspek yang terkandung di dalam pendidikan.
Hasan Langgulung melihat arti pendidikan dari sisi fungsi pendidikan, yaitu: pertama, dari segi pandangan masyarakat, dimana pendidikan merupakan upaya pewarisan kebudayaan yang dilakukan oleh generasi tua kepada generasi muda agar kehidupan masyarakat tetap berkelanjutan. Kedua dari segi kepentingan individu, pendidikan diartikan sebagai upaya pengembangan potensi-potensi yang tersembunyi dan dimiliki manusia.
Sedangkan definisi pendidikan yang disandarkan pada makna dan aspek serta ruang lingkupnya , dapat dilihat pada apa yang dikemukakan oleh Ahmad D. Marimba, bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani terdidik menuju terbentuknya kepribadian utama. Dalam Sistem Pendidikan Nasional, istilah pendidikan diartikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.
Adapun pendidikan yang dimaknai sebagai proses bertahap dan berkelanjutan secara gradual, dapat dilihat pada yang dikemukakan oleh M Arifin yang mengatakan bahwa pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia dari aspek-aspek rohaniah dan jasmaniah yang berlangsung secara bertahap. Beberapa ahli pendidikan Barat yang juga memberikan arti pendidikan sebagai proses antara lain yang dikemukakan oleh Mortimer J. Adler, bahwa pendidikan adalah proses dengan mana semua kemampuan manusia (bakat dan kemampuan yang diperoleh) yang dapat dipengaruhi oleh pembiasaan, disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik melalui sarana yang secara artistik dibuat dan dipakai oleh siapapun untuk membantu orang lain atau dirinya sendiri mencapai tujuan yang ditetapkan, yaitu kebiasaan baik.
Pendidikan sebagai proses juga dikemukakan oleh Herman H. Horne, bahwa pendidikan harus dipandang sebagai suatu proses penyesuaian diri manusia secara timbal balik dengan alam sekitar, dengan sesama manusia dan dengan tabiat tertinggi dari kosmos. Lain halnya tokoh pendidikan Katolik William Mc Gucken, SJ., yang mengatakan bahwa pendidikan adalah suatu perkembangan dan kelengkapan dari kemampuan-kemampuan manusia baik moral, intelektual, maupun jasmaniah yang diorganisasikan, dengan atau untuk kepentingan individual atau sosial dan diarahkan kepada kegiatan-kegiatan yang bersatu dengan Penciptanya sebagai tujuan akhir.

D. Pengertian Pendidikan dalam Islam
Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu pada term al-tarbiyah, al-ta’dib, dan al-ta’lim. Dari ketiga istilah tersebut, term yang populer digunakan dalam praktik pendidikan Islam ialah term al-tarbiyah. Kendati demikian, dalam hal-hal tertentu, ketiga terma tersebut memiliki kesamaan makna. Namun secara esensial setiap term tersebut memiliki perbedaan baik secara tekstual maupun kontekstual.
Istilah at-tarbiyah tidak digunakan dalam leksikologi al-Qur’an, tetapi yang senada dengannya adalah ar-rabb, rabbayani, murabbi, ribbiyun, dan rabbani. Pengertian dasar dari kata-kata tersebut bermakna tumbuh, berkembang, memelihara, merawat, mengatur, dan menjaga kelestarian atau eksistensinya. Dalam konteks yang luas, pengertian pendidikan Islam yang terkandung dalam term al-tarbiyah terdiri dari empat unsur pendekatan, yaitu: (1) memelihara dan menjaga fitrah anak didik menjelang dewasa (baligh). (2) mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan. (3) mengarahkan fitrah menuju kesempurnaan. (4) melaksanakan pendidikan secara bertahap.
Selanjutnya istilah ta’lim berasal dari kata ‘allama yang menurut Rasyid Ridha berarti proses transmisi ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa ada batasan dan ketentuan tertentu. Hal tersebut didasarkan pada firman Allah dalam Qs. al-Baqarah ayat 31; “Dan Dia mengajarkan kepada Adam, nama-nama benda seluruhnya, kemudian mengemukakan kepada malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepadaku nama-nama benda itu jika memang kamu orang-orang yang benar”. Sedangkan Muhammad Naquib al-Attas memberikan makna ta’lim itu sebagai proses pengajaran tanpa adanya pengenalan secara mendasar. Dalam pandangannya, apabila term ta’lim ini dipersamakan dengan term tarbiyah, maka ta’lim mempunyai makna pengenalan tempat segala sesuatu, sehingga lebih universal dari pada term at-tarbiyah, sebab tarbiyah tidak mencakup segi pengetahuan dan hanya mengacu pada kondisi eksternal semata.
Sedangkan istilah at-ta’dib, disandarkan pada hadis Nabi yang berbunyi: “addabani rabbi faahsana ta’dibi” yang berarti “Tuhan telah mendidikku, maka Ia sempurnakan pendidikanku”. Konsep ta’dib secara luas dipromosikan Naquib al-Attas sebagai sebutan yang lebih tepat dalam pendidikan Islam, karena menurut Al-Attas, pendidikan adalah “penyemaian dan penanaman adab dalam diri seseorang”, yang apabila dijabarkan secara luas bermakna sebagai pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam penciptaan sedemikian rupa, sehingga hal ini membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan keperadaan.
Terlepas dari makna ketiga term di atas, secara terminologi, para ahli pendidikan Islam telah mencoba memformulasi pengertian pendidikan Islam. Di antara batasan yang sangat variatif tersebut adalah:
al-Syaibany; mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah proses mengubah tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya.
Muhammad Fadhil al-Jamaly; mendefinisikan pendidikan Islam sebagai upaya mengembangkan, mendorong serta mengajak peserta didik hidup lebih dinamis dengan berdasarkan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia.
Muhammad Iqbal; mengatakan bahwa pendidikan Islam adalah proses yang bersifat dinamis dan kreatif untuk memupuk dan memberikan kesempatan gerak kepada semangat kreatif yang bersemayam dalam diri peserta didik serta mempersenjatainya dengan kemauan dan kemampuan untuk menguasai seni dan ilmu pengetahuan yang baru, kecerdasan dan kekuatan.
M. Arifin; mengatakan bahwa hakikat pendidikan Islam adalah usaha orang dewasa muslim yang bertaqwa secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam ke arah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya.
Ahmad Tafsir; mendefinisikan pendidikan Islam sebagai bimbingan yang diberikan oleh seseorang agar peserta didik berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.
Dari berbagai macam formulasi di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah suatu sistem yang memungkinkan seseorang (peserta didik) dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologi Islam. Melalui pendekatan ini akan dapat dengan mudah membentuk kehidupan dirinya sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam yang diyakininya.

E. Khatimah
Dari paparan singkat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan adalah sebuah keniscayaan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi, karena pada hakekatnya selama kehidupan manusia masih berlangsung di muka bumi ini, maka proses yang dinamakan pendidikan itu masih terus berjalan mengikuti perjalanan hidup manusia. Sebagaimana dikatakan oleh M. Iqbal bahwa “pendidikan adalah perjalanan yang benar dalam menggali berbagai kemungkinan yang tidak terbatas”.
Dalam Islam proyeksi pendidikan sangat value laden (sarat nilai), sehingga secara ontologis, epistemologis, dan aksiologis pendidikan dalam Islam selalu dalam kerangka keimanan dan tauhid kepada Allah. Walaupun para pakar pendidikan masih bersilang pendapat tentang manakah yang lebih proporsional dari term al-tarbiyah, al-ta’lim, dan al-ta’dib, untuk dipakai sebagai anutan universal pada konsep pendidikan Islam.
Seperti yang sudah disinggung pada muqaddimah, bahwa fondasi utama dari pendidikan dalam Islam adalah al-Qur’an itu sendiri. Karena sejak lima ayat yang pertama kali diturunkan yaitu surah al-Alaq ayat 1-5, ayat-ayat tersebut secara eksplisit sudah menyentuh aspek pendidikan, yaitu iqra’, ‘allama dan al-qalam, yang artinya: bacalah, mengajarkan, dan pena atau instrumen untuk menulis. Ketiga hal inilah yang menjadi tonggak terbangunnya peradaban-peradaban besar manusia di dunia, termasuk peradaban Islam. Maka wajar kemudian Yudian Wahyudi dalam kuliahnya mengatakan bahwa ketiga hal inilah mukjizat terbesar al-Qur’an yang masih terasa hingga kini, bahkan Salih Abdullah Salih sampai pada kesimpulan bahwa al-Qur’an adalah kitab kependidikan terbesar yang pernah ada. Wallahu Ta’ala A’lam . (Penulis adalah aktivis Syabab Hidayatullah Balikpapan dan mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

GELIAT MUSLIM AUSTRALIA

Dipenghujung akhir tahun 2017, saya (Abdurrohim) dari STIS Hidayatullah Balikpapan, berlima dengan dr. Ahmad Handayani, Ketua Cabang Mer-C M...